10 Budaya Unik yang
Hanya Ada di Indonesia
Indonesia tak hanya
besar, negeri indah ini juga sangat beragam dengan lebih dari 1300 etnis dan
740 bahasa daerah. Bisa jadi, inilah negeri paling beragam budayanya di dunia.
Beberapanya sangat unik, dan tak ditemukan di tempat lain.Bisa jadi, inilah negeri
paling beragam budayanya di dunia. Beberapanya sangat unik, dan tak ditemukan
di tempat lain. Misalnya :
1. Ritual Tiwah
Budaya unik yang pertama disebut Ritual Tiwah,
sejenis upacara mengantarkan tulang belulang orang yang sudah meninggal ke
tempat peristirahatan terakhirnya yaitu sandung, dengan harapan orang yang
ditiwahkan mencapai syurga. Ritual ini dilakukan oleh suku Dayak Kalimantan
Tengah, khususnya yang menganut kepercayaan Kaharingan atau Hindu Kaharingan.
Tradisinya, orang yang meninggal dikuburkan
sementara sampai tiwah diselenggarakan, barulah mayat tersebut dibongkar
kembali dan dibakar hingga benar-benar hanya sisa tulang belulang saja. Acara
lain pun diadakan ditengah ritual tiwah seperti acara menari, nyanyian khas
suku dayak, sembelih hewan kurban hingga memasang lagu, tidak jarang lagu
dangdut didengar guna menghilangkan rasa kantuk. Bagi masyarakat dayak, ritual
tiwah dianggap ritual sakral namun seiring dengan waktu tradisi tiwah mengalami
pergeseran zaman, dikarenakan keluarga korban tidak mampu mengadakan ritual
tiwah, faktor lainnya diperkirakan sebagian besar suku dayak berpindah agama.
2. Kebo-Keboan
Budaya unik berikutnya akan kamu temui di
daerah Banyuwangi khususnya Desa Alasmalang dan Aliyan. Ritual ini diperkirakan
sudah ada sejak abad ke-18, dan biasanya diselenggarakan pada tanggal 1-10
bulan syura. Tujuannya untuk meminta hujan turun ditengah musim kemarau.
Upacara ini biasanya diadakan pada hari
minggu. Sesuai namanya, ritual ini biasanya mendandani orang menjadi seekor
kebo. Mayoritas yang ikut serta pasti laki-laki, tapi bukan berarti wanita
hanya duduk diam, biasanya para wanita memiliki tugas untuk mempersiapkan
makanan dan sesajennya berupa tumpeng, peras, air kendi, kinang, ingkung ayam,
aneka jenang, bungkil, cangkul, pisang, beras, pitung tawar, kepala, dan bibit
tanaman padi. Hal ini dipercaya untuk menyelamatkan beberapa ruas jalan di
dusun krajan.
Diiringi musik tradisional kebo-keboan itu
mulai membajak sawah berlaga seperti kerbau asli, dan bisa saja menyeruduk para
penonton, tidak jarang kebo-keboan ini kesurupan dan menjadi liar. Hati-hati ya
nontonnya jangan dekat-dekat.
3. Mapasilaga Tedong
Indonesia ga kalah gaulnya ma Negara Spanyol
ya, bedanya di Spanyol menggunakan Matador. Lain halnya dengan di
Indonesia, budaya yang dikenal dengan
sebutan Mapasilaga Tedong adalah budaya adu banteng. Adu sesama
banteng ya bukan manusia. Tradisi ini dibawa secara turun temurun yang
dilakukan di Tana Toraja. Tradisi ini diadakan hanya untuk menghormati para
leluhur saja, kerbau yang diadu pun tidak sembarangan, masyarakat tersebut
membeli kerbau albino untuk bertempur. Cukup mahal lho untuk kerbau jenis ini.
Uniknya, sebelum bertempur biasanya
kerbau-kerbau ini akan diberi arak oleh tim pengusung gong. Aturan mainannya,
kerbau yang lari meninggalkan lapangan atau yang sering jatuh akan dianggap
kalah. Setelah itu, memasuki prosesi pemotongan kepala kerbau yang hanya
mengayunkan satu tebasan saja. Lebih cocok bagi para Samurai ya.
4. Pasola
Pasola artinya lembing kayu yang digunakan
untuk melempar, “pa” dari pasola adalah kalimat imbuhan. Pasola berarti
melemparkan lembing kayu sambil memacu seekor kuda. Tradisi ini dilakukan oleh
masyarakat Sumba, NTT. biasanya diadakan sekali setiap tahun tepatnya di bulan
Februari.
Pasola seperti sebuah permainan
perang-perangan, silsilahnya sebagai wujud kesedihan seseorang yang telah
kehilangan istrinya.
Prosesi upacara diawali dengan adat nyale,
berupa syukuran dengan datangnya musim panen dan kedatangan banyak cacing
dipinggir pantai. Cacingnya pun dijadikan sebuah pertanda, bila cacing itu
gemuk warna-warni maka akan mendapat kebaikan, dan sebaliknya maka akan dapat
malapetaka. Dengan datangnya cacing-cacing tersebut, proses pasola akan
dimulai. Beberapa orang bak ksatria akan turut berpartisipasi memeriahkan
tradisi ini bersama kuda-kudanya, tombak yang digunakan berbentuk tumpul, walau
begitu tidak jarang upacara ini memakan korban jiwa, namun dipercayai darah
korban berkhasiat menyuburkan tanah. Kalau difikir-fikir, mirip tradisi Romawi
yang diadakan di Colloseum ya.
5. Dugderan
Dugderan adalah tradisi budaya khas Semarang
yang telah diadakan sejak tahun 1881, dimana dugderan adalah salah satu cara
mencurahkan rasa rindu mereka pada bulan Ramadhan atau bulan seribu berkah.
Biasanya tradisi ini diselenggarakan 1-2 minggu sebelum bulan Ramadhan. Tradisi
ini biasanya diawali dengan adanya pasar rakyat. Maka akan dilanjut dengan
acara dugderan yang diawali oleh acara karnaval yang terdiri dari pasukan
Merah-Putih, barisan para pelajar, barisan putri bunga, aneka mobil khias,
pasukan berkuda, kerta kencana, Drump Band, khas Semarang.
6. Tabuik
Budaya unik yang satu ini diselenggarakan oleh
masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Bertujuan untuk memperingati Asyura,
gugurnya Imam Husain seorang cucu dari Nabi Muhammad SAW. Biasa kita kenang di
tanggal 10 Muharram pada kalender tahunan. Kata Tabuik diambil dari bahasa Arab
dengan kata “tabut” artinya peti kayu. Berdasarkan legenda, terjadi kemunculan
mahkluk berwujud kuda seperti vegasus namun kepalanya berbentuk kepala manusia.
Ritual ini sudah ada sejak tahun 1826 – 1828, namun masih bernuansa adat India,
dan pada tahun 1910 terjadi kesepakatan untuk mencampur adat Tabuik
dengan adat istiadat
Minangkabau sampai akhirnya seperti sekarang.
Festival ini dianggap membawa berkah,
dibuatnya tabuik raksasa dimana bagian-bagian dari patung tersebut memiliki
arti. Bagian bawah tabuik dianggap perwujudan urak, burak dan peti melambangkan
burak yang menjemput jenazah Hussein bin Ali, hingga tabuhan gendang pun
disimbolikan untuk mengenang peristiwa yang menyebabkan Hussein bin Ali tewas.
7. Makepung
Makepung mengandung arti Balapan Kerbau,
tradisi ini dilakukan masyarat Bali hanya untuk hiburan saja, menurut
masyarakat Bali binatang kerbau adalah binatang yang suci. Awalnya tradisi ini
dilakukan hanya untuk membajak sawah saja. Namun seiring dengan waktu, tradisi
ini banyak diminati bahkan menjadi salah satu tradisi yang banyak menarik
wisatawan asing, hingga dianggap tradisi tahunan di Bali.
Tradisi ini dimulai pada tahun 1970-an, namun
telah mengalami perubahan dari segi aturan dan kelengkapannya juga, misal jika
dulu kerbaunya menggunakan satu, sekarang bisa menggunakan 3 kerbau, dulu
jokinya berbadan besar, sekarang harus lebih kecil. Tidak sering kerbau-kerbau
yang akan dilombakan dikhias menjadi lebih cantik dan enak dipandang. Aturan
mainnya, panjang arena racenya berukuran 1-2 km, pemenangpun tidak melihat yang
pertama ke garis finish, melainkan joki yang dapat mengayunkan arahnya lurus
dan tegap (tidak sempoyongan). Aturan yg lainnya pun, bila orang pertama dan
kedua yang mencapai garis finis kurang dari 10 meter, dianggap orang kedua yang
menjadi pemenang. Aneh memang, tapi memang tradisinya seperti itu.
8. Debus
Nah, siapa yang tidak tau atraksi debus? Debus
merupakan salah satu seni bela diri berasal dari Banten, aksi bela diri ini
dipercaya sudah ada sejak abad ke 16, namun pada saat itu Debus adalah sebuah
kesenian dari hasil kombinasi suara dan seni tari. Atraksi ini mulai berkembang
pada abad ke-18. Acara permainannya pun sangat beragam, mulai menusuk perut
dengan benda tajam, mengiris badan dengan pisau, menusuk lidah, membakar diri
dengan api, dan lain-lain. Debus identik dengan ilmu kekebalan, tidak aneh,
bila seni bela diri ini bikin jantung berdekup kencang, bukan karena faktor
grogi namun atraksi yang dipertontonkan sangat-sangat menyeramkan. Bila kamu
ingin belajar debus, fikir panjang dulu deh. Pasalnya, jika kamu ingin belajar
seni bela diri ini, jika lengah sedikit kamu harus mempertaruhkan nyawa.
9. Karapan Sapi
Karapan Sapi adalah
budaya yang telah menjadi tradisi untuk menaikan status sosial seseorang.
Terlebih kota Madura memiliki tanah yang kering membuat masyarakat berpindah
profesi dari pertani menjadi seorang nelayan. Ngomong-ngomong tentang profesi
nelayan, masyarakat Madura memanfaatkan penghasilan dari air laut hingga dapat
memproduksi garam berkualitas, membuat kota Madura dikenal dengan penghasilan
garam terbesar di Indonesia.
Kembali kepada budaya masyarakat Madura,
hampir mirip dengan Makepung, bedanya trek racenya hanya 100 meter, aturan
mainnya pun tidak seperti Makepung. Disini siapa yang cepat di garis final,
itulah yang menang. Kamu bisa liat pertunjukan ini setiap bulan Agustus atau
september setiap tahunnya di Kota Karesidenan.
10. Kasada
Kasada adalah ritual
yang dilakukan oleh masyarakat Bromo, yang berlangsung di hari ke- 14 pada
bulan Kasada. Upacara ini berbentuk penyembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi
sebagai bentuk syukur untuk kesehatan dan hasil panen yang melimpah.
Sejarahnya, konon katanya ada pasangan yang
tidak dikarunia anak, hingga suatu saat mereka semedi atau meditasi dan bertapa
pada Sang Hyang Widhi, seketika itu terdengar suara gaib mengatakan akan
mengabulkan permintaan mereka dengan syarat anak bungsu harus dikorbankan ke
kawah Gunung Bromo.
Namun apa mau dikata, setelah pasangan
tersebut dikaruniai 25 anak. Naruni orang tua, tidak tega mengorbankan
anak-anaknya walaupun hanya anak bungsu. Kemudian Sang Hyang Widhi murka sampai
akhirnya malampetaka datang, ditengah kemurkaan Sang Hyang Widhi ada seruan
dimana ia harus memberikan sesajen hari ke-14 untuk Sang Hyang Widhi di kawah
Gunung Bromo.