selamat datang

<< welcome to >> << my blog >>

Jumat, 27 Oktober 2017

Budaya Unik yang ada di Indonesia

10 Budaya Unik yang Hanya Ada di Indonesia

Indonesia tak hanya besar, negeri indah ini juga sangat beragam dengan lebih dari 1300 etnis dan 740 bahasa daerah. Bisa jadi, inilah negeri paling beragam budayanya di dunia. Beberapanya sangat unik, dan tak ditemukan di tempat lain.Bisa jadi, inilah negeri paling beragam budayanya di dunia. Beberapanya sangat unik, dan tak ditemukan di tempat lain. Misalnya :
1. Ritual Tiwah

ritual tiwah

Budaya unik yang pertama disebut Ritual Tiwah, sejenis upacara mengantarkan tulang belulang orang yang sudah meninggal ke tempat peristirahatan terakhirnya yaitu sandung, dengan harapan orang yang ditiwahkan mencapai syurga. Ritual ini dilakukan oleh suku Dayak Kalimantan Tengah, khususnya yang menganut kepercayaan Kaharingan atau Hindu Kaharingan.
Tradisinya, orang yang meninggal dikuburkan sementara sampai tiwah diselenggarakan, barulah mayat tersebut dibongkar kembali dan dibakar hingga benar-benar hanya sisa tulang belulang saja. Acara lain pun diadakan ditengah ritual tiwah seperti acara menari, nyanyian khas suku dayak, sembelih hewan kurban hingga memasang lagu, tidak jarang lagu dangdut didengar guna menghilangkan rasa kantuk. Bagi masyarakat dayak, ritual tiwah dianggap ritual sakral namun seiring dengan waktu tradisi tiwah mengalami pergeseran zaman, dikarenakan keluarga korban tidak mampu mengadakan ritual tiwah, faktor lainnya diperkirakan sebagian besar suku dayak berpindah agama.
2. Kebo-Keboan
kebo-keboan-


Budaya unik berikutnya akan kamu temui di daerah Banyuwangi khususnya Desa Alasmalang dan Aliyan. Ritual ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18, dan biasanya diselenggarakan pada tanggal 1-10 bulan syura. Tujuannya untuk meminta hujan turun ditengah musim kemarau.
Upacara ini biasanya diadakan pada hari minggu. Sesuai namanya, ritual ini biasanya mendandani orang menjadi seekor kebo. Mayoritas yang ikut serta pasti laki-laki, tapi bukan berarti wanita hanya duduk diam, biasanya para wanita memiliki tugas untuk mempersiapkan makanan dan sesajennya berupa tumpeng, peras, air kendi, kinang, ingkung ayam, aneka jenang, bungkil, cangkul, pisang, beras, pitung tawar, kepala, dan bibit tanaman padi. Hal ini dipercaya untuk menyelamatkan beberapa ruas jalan di dusun krajan.
Diiringi musik tradisional kebo-keboan itu mulai membajak sawah berlaga seperti kerbau asli, dan bisa saja menyeruduk para penonton, tidak jarang kebo-keboan ini kesurupan dan menjadi liar. Hati-hati ya nontonnya jangan dekat-dekat.
3. Mapasilaga Tedong
Mapasilaga Tedong

Indonesia ga kalah gaulnya ma Negara Spanyol ya, bedanya di Spanyol menggunakan Matador. Lain halnya dengan di Indonesia, budaya yang dikenal dengan sebutan Mapasilaga Tedong adalah budaya adu banteng. Adu sesama banteng ya bukan manusia. Tradisi ini dibawa secara turun temurun yang dilakukan di Tana Toraja. Tradisi ini diadakan hanya untuk menghormati para leluhur saja, kerbau yang diadu pun tidak sembarangan, masyarakat tersebut membeli kerbau albino untuk bertempur. Cukup mahal lho untuk kerbau jenis ini.
Uniknya, sebelum bertempur biasanya kerbau-kerbau ini akan diberi arak oleh tim pengusung gong. Aturan mainannya, kerbau yang lari meninggalkan lapangan atau yang sering jatuh akan dianggap kalah. Setelah itu, memasuki prosesi pemotongan kepala kerbau yang hanya mengayunkan satu tebasan saja. Lebih cocok bagi para Samurai ya.
4. Pasola
Pasola


Pasola artinya lembing kayu yang digunakan untuk melempar, “pa” dari pasola adalah kalimat imbuhan. Pasola berarti melemparkan lembing kayu sambil memacu seekor kuda. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Sumba, NTT. biasanya diadakan sekali setiap tahun tepatnya di bulan Februari.
Pasola seperti sebuah permainan perang-perangan, silsilahnya sebagai wujud kesedihan seseorang yang telah kehilangan istrinya.
Prosesi upacara diawali dengan adat nyale, berupa syukuran dengan datangnya musim panen dan kedatangan banyak cacing dipinggir pantai. Cacingnya pun dijadikan sebuah pertanda, bila cacing itu gemuk warna-warni maka akan mendapat kebaikan, dan sebaliknya maka akan dapat malapetaka. Dengan datangnya cacing-cacing tersebut, proses pasola akan dimulai. Beberapa orang bak ksatria akan turut berpartisipasi memeriahkan tradisi ini bersama kuda-kudanya, tombak yang digunakan berbentuk tumpul, walau begitu tidak jarang upacara ini memakan korban jiwa, namun dipercayai darah korban berkhasiat menyuburkan tanah. Kalau difikir-fikir, mirip tradisi Romawi yang diadakan di Colloseum ya.
5. Dugderan
Dugderan

Dugderan adalah tradisi budaya khas Semarang yang telah diadakan sejak tahun 1881, dimana dugderan adalah salah satu cara mencurahkan rasa rindu mereka pada bulan Ramadhan atau bulan seribu berkah. Biasanya tradisi ini diselenggarakan 1-2 minggu sebelum bulan Ramadhan. Tradisi ini biasanya diawali dengan adanya pasar rakyat. Maka akan dilanjut dengan acara dugderan yang diawali oleh acara karnaval yang terdiri dari pasukan Merah-Putih, barisan para pelajar, barisan putri bunga, aneka mobil khias, pasukan berkuda, kerta kencana, Drump Band, khas Semarang.
6. Tabuik
Budaya unik yang satu ini diselenggarakan oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Bertujuan untuk memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain seorang cucu dari Nabi Muhammad SAW. Biasa kita kenang di tanggal 10 Muharram pada kalender tahunan. Kata Tabuik diambil dari bahasa Arab dengan kata “tabut” artinya peti kayu. Berdasarkan legenda, terjadi kemunculan mahkluk berwujud kuda seperti vegasus namun kepalanya berbentuk kepala manusia. Ritual ini sudah ada sejak tahun 1826 – 1828, namun masih bernuansa adat India, dan pada tahun 1910 terjadi kesepakatan untuk mencampur adat Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau sampai akhirnya seperti sekarang.
Festival ini dianggap membawa berkah, dibuatnya tabuik raksasa dimana bagian-bagian dari patung tersebut memiliki arti. Bagian bawah tabuik dianggap perwujudan urak, burak dan peti melambangkan burak yang menjemput jenazah Hussein bin Ali, hingga tabuhan gendang pun disimbolikan untuk mengenang peristiwa yang menyebabkan Hussein bin Ali tewas.
7. Makepung
Makepung
Makepung mengandung arti Balapan Kerbau, tradisi ini dilakukan masyarat Bali hanya untuk hiburan saja, menurut masyarakat Bali binatang kerbau adalah binatang yang suci. Awalnya tradisi ini dilakukan hanya untuk membajak sawah saja. Namun seiring dengan waktu, tradisi ini banyak diminati bahkan menjadi salah satu tradisi yang banyak menarik wisatawan asing, hingga dianggap tradisi tahunan di Bali. 


Tradisi ini dimulai pada tahun 1970-an, namun telah mengalami perubahan dari segi aturan dan kelengkapannya juga, misal jika dulu kerbaunya menggunakan satu, sekarang bisa menggunakan 3 kerbau, dulu jokinya berbadan besar, sekarang harus lebih kecil. Tidak sering kerbau-kerbau yang akan dilombakan dikhias menjadi lebih cantik dan enak dipandang. Aturan mainnya, panjang arena racenya berukuran 1-2 km, pemenangpun tidak melihat yang pertama ke garis finish, melainkan joki yang dapat mengayunkan arahnya lurus dan tegap (tidak sempoyongan). Aturan yg lainnya pun, bila orang pertama dan kedua yang mencapai garis finis kurang dari 10 meter, dianggap orang kedua yang menjadi pemenang. Aneh memang, tapi memang tradisinya seperti itu.
8. Debus
debus
Nah, siapa yang tidak tau atraksi debus? Debus merupakan salah satu seni bela diri berasal dari Banten, aksi bela diri ini dipercaya sudah ada sejak abad ke 16, namun pada saat itu Debus adalah sebuah kesenian dari hasil kombinasi suara dan seni tari. Atraksi ini mulai berkembang pada abad ke-18. Acara permainannya pun sangat beragam, mulai menusuk perut dengan benda tajam, mengiris badan dengan pisau, menusuk lidah, membakar diri dengan api, dan lain-lain. Debus identik dengan ilmu kekebalan, tidak aneh, bila seni bela diri ini bikin jantung berdekup kencang, bukan karena faktor grogi namun atraksi yang dipertontonkan sangat-sangat menyeramkan. Bila kamu ingin belajar debus, fikir panjang dulu deh. Pasalnya, jika kamu ingin belajar seni bela diri ini, jika lengah sedikit kamu harus mempertaruhkan nyawa. 
9. Karapan Sapi
Karapan Sapi adalah budaya yang telah menjadi tradisi untuk menaikan status sosial seseorang. Terlebih kota Madura memiliki tanah yang kering membuat masyarakat berpindah profesi dari pertani menjadi seorang nelayan. Ngomong-ngomong tentang profesi nelayan, masyarakat Madura memanfaatkan penghasilan dari air laut hingga dapat memproduksi garam berkualitas, membuat kota Madura dikenal dengan penghasilan garam terbesar di Indonesia.
Kembali kepada budaya masyarakat Madura, hampir mirip dengan Makepung, bedanya trek racenya hanya 100 meter, aturan mainnya pun tidak seperti Makepung. Disini siapa yang cepat di garis final, itulah yang menang. Kamu bisa liat pertunjukan ini setiap bulan Agustus atau september setiap tahunnya di Kota Karesidenan.
10. Kasada




Kasada adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Bromo, yang berlangsung di hari ke- 14 pada bulan Kasada. Upacara ini berbentuk penyembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi sebagai bentuk syukur untuk kesehatan dan hasil panen yang melimpah.
Sejarahnya, konon katanya ada pasangan yang tidak dikarunia anak, hingga suatu saat mereka semedi atau meditasi dan bertapa pada Sang Hyang Widhi, seketika itu terdengar suara gaib mengatakan akan mengabulkan permintaan mereka dengan syarat anak bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.
Namun apa mau dikata, setelah pasangan tersebut dikaruniai 25 anak. Naruni orang tua, tidak tega mengorbankan anak-anaknya walaupun hanya anak bungsu. Kemudian Sang Hyang Widhi murka sampai akhirnya malampetaka datang, ditengah kemurkaan Sang Hyang Widhi ada seruan dimana ia harus memberikan sesajen hari ke-14 untuk Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo.

Jumat, 13 Oktober 2017

Filosofis arti warna dalam logo
Banyak orang yang mengatakan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme seorang desainer adalah hal yang sangat sulit. Tetapi, sebenarnya tidak pernah ada hal yang sulit jika anda tidak melupakan hal-hal kecil dan terus menggali kemampuan anda. Tidak ada salahnya untuk mempelajari suatu aspek lebih dalam, karena dengan mengetahui hal-hal kecil yang tidak diketahui orang lain, akan membuat anda unggul satu tingkat. Sebut saja warna sebagai contoh. Warna merupakan salah satu aspek elemen yang sangat penting dalam desain. Apakah anda tahu bahwa setiap warna memiliki makna yang berbeda? Sebagai contoh, merah memiliki arti passion, energi, kehangatan dan panas, sedangkan warna biru adalah warna selain merah yang sering menghiasi logo perusahaan karena memiliki arti profesionalisme, integritas, dan pemikiran yang serius. Sederhana bukan? Tidak hanya mengerti mengenai arti warna, anda juga harus mengerti apa perbedaan mengenai bentuk dan warna dalam desain. Apa itu kontras warna? Apa itu kontras bentuk? Dan lain-lainnya mengenai kontras harus anda pelajari baik-baik demi tercapainya peningkatan kualitas desain anda.

Untuk menguasai aspek warna dalam desain logo secara keseluruhan, kami akan membahas beberapa trik psikologi warna pada desain logo yang  wajib tahu. Tidak semua klien seperti pengusaha bisnis hanya ingin desain logo yang indah atau menarik, tetapi mereka ingin logo tersebut dapat bercerita. Disinilah tugas desainer untuk membuat logo yang membangkitkan pesan serta emosi yang tepat pada pelanggan yang diinginkan. Warna dalam logo dapat berfungsi sebagai pemicu psikologis untuk membuat pelanggan yakin layanan anda merupakan pilihan terbaik mereka. Berikut ini adalah rincian warna yang paling dasar dan apa emosi yang dimunculkan olehnya:

Merah
Emosi: Cinta, kemarahan, passion, sensualitas, intensitas
Merah adalah warna yang paling sering digunakan logo karena memiliki banyak sekali emosi yang menimbulkan intensitas. Merah dapat berfungsi untuk mengintensifkan atau membangkitkan gairah apapun. Satu hal yang tidak diketahui mengenai merah yaitu santai dan tenang. Banyak sekali logo restoran yang menggunakan warna merah dalam logonya dengan tujuan mencari pelanggan potensial yang menginginkan intensitas yang baik. Coba perhatikan beberapa logo perusahaan makanan dibawah ini: 

Dengan warna merah dalam logo ini, secara psikologis pelanggan akan berpikir untuk ingin mencobanya karena warna merah pada logo tersebut menimbulkan keinginan yang sangat besar. Oleh karena itu, jika Anda membuka usaha terapi atau tempat penyembuhan berpengetahuan, mungkin akan lebih baik untuk meninggalkan merah dari logo Anda. Anda lihat bahwa sebagian besar kantor dokter tidak menggunakan warna merah di logo mereka tapi rumah sakit lakukan. Rumah Sakit lolos begitu saja karena pada waktu tidak ada tempat yang lebih serius di dunia.

Orange
Emosi: Kesenangan, keberanian, antuasiasme, rasa percaya
Nuansa orange dapat mencakup berbagai emosi, tetapi emosi yang paling mencerminkan orange adalah keberanian. Walaupun demikian, orange tetap cukup untuk membangkitkan gairah seperti yang dilakukan warna merah, tetapi tidak cukup gelap untuk menghasilkan ketenangan dan kehalusan. Orange akan menjadi warna yang baik untuk bisnis yang berani tetapi lebih ke pemasok mainan, hiburan, dll. Inilah beberapa contoh logo yang memiliki unsur orange didalamnya:




Dengan demikian, warna kuning lebih cocok untuk perusahaan yang mencerminkan dengan anak-anak, keluarga atau toko-toko.

Hijau
Emosi: Harmoni, segar, ambisi, keserakahan
Hijau merupakan warna yang umumnya berkaitan dengan alam, keuangan dan keamanan. Banyak sekali perusahaan rekreasi alam terbuka menggunakan warna hijau untuk mendorong alam yang harmonis datang dalam produk mereka. Bagi anda yang ingin mendesain logo untuk perusahaan peralatan kemah, perawatan pekarangan, keuangan atapun makanan yang berhubungan dengan kesehatan, dapat menggunakan warna hijau dengan efektif dalam logonya.




Biru
Emosi: Tenang, kepercayaan, keyakinan, keseriusan
Biru adalah warna yang paling terkait dengan bisnis karena membangkitkan rasa keseimbangan serta kecerdasan yang tenang. Seperti warna biru pada air, dengan menggunakan warna biru pada logo anda, anda mendorong pelanggan untuk membaca tujuan perusahaan anda dan keseriusan anda pada bisnis tersebut. Inilah alasan mengapa warna biru cenderung menghiasi logo perusahaan seperti pediatri, terapi, dan layanan serius lainnya. Inilah contoh logo yang menggunakan warna biru:




Warna biru yang ringan membangkitkan kepercayaan, dimana warna biru gelap lebih membangkitkan kehadiran intelijen. Keduanya baik untuk digunakan dalam logo, tetapi penting untuk memutuskan mana yang lebih mungkin untuk mengundang pelanggan lebih banyak.

Ungu
Emosi: Ambisi, martabat, misterius, independen
Tentunya jika anda pikirkan lebih baik, jarang sekali anda melihat warna ungu menghiasi logo-logo perusahaan. Warna ungu pada logo cenderung membangkitkan emosi yang sangat spesifik. Itulah yang membuat warna ini menjadi warna yang menarik bagi semua orang tetapi dengan unik dan berbeda dengan yang lain. Warna ungu dapat dihubungkan dengan perusahaan-perusahaan mewah seperti perhiasan, mobil mewah, atau perusahaan kecantikan.




Cokelat
Emosi: Kenyamanan, kekuatan, kemalasan, isolasi
Warna cokelat adalah warna yang paling sederhana diantara semua warna. Warna cokelat lebih mencerminkan kea rah maskulin. Yang paling umum digunakan adalah warna cokelat tua yang tampaknya menjadi isolasi yang dapat memberi tahu pelanggan bahwa mereka menawarkan produk yang dapat digunakan untuk mereka nyaman dan dapat bermalas-malasan. Contoh perusahaan yang memiliki warna cokelat dalam logonya merupakan perusahaan-perusahaan peralatan berkemah, berburu, ataupun perusahaan-perusahaan lain yang memungkinkan orang untuk melakukan hal sendiri.




Hitam
Emosi: Kekuatan, misterius, berduka, elegan
Jika anda ingin mendesain logo dan menunjukkan kekuatan anda, cobalah untuk menggunakan sedikit warna hitam pada logo anda. Hitam adalah dominasi utama dan finalitas utama. Semakin besar anda ingin memberikan kesan kekuatan perusahaan anda, semakin banyak pula warna hitam yang digunakan dalam logo anda. Contohnya saja Nike. Dengan symbol checklist dan warna yang full hitam, membuat orang-orang yang menggunakan produknya merasa lebih kuat.





Putih
Emosi: Kepolosan, kemurnian, kebersihan
Tidak banyak yang dapat digunakan jika menggunakan warna putih dalam logo anda. Anda memiliki kelimpahan putih harus dalam bisnis yang mutlak sebagai titik awal. Dengan adanya warna mutlak putih dalam logo anda, anda seolah memberi informasi kepada pelanggan untuk mempertimbangkan produk mereka dan meyakinkan bahwa mereka tidak akan menyesal.
Namun sama sepeti warna hitam, putih digunakan dalam moderasi di hampir semua logo. Jika tidak ada yang lain, warna hitam dan putih dapat membantu pelanggan untuk mengetahui anda serius atau tidak dalam bisnis tersebut.



Hanya dengan mengetahui apa emosi yang dapat ditimbulkan warna yang anda gunakan dalam logo yang akan anda buat, itu sudah membantu anda meningkatkan kualitas anda sebagai seorang desainer. Selain itu jangan lupa untuk mempelajari juga bagaimana agar desain terlihat lebih profesional melalui warna. Hanya dengan dua hal tersebut, anda akan menyajikan logo yang lebih baik. Tidak hanya menarik, tapi tentunya memiliki arti serta tujuan yang dapat dibaca oleh pelanggan.

Jumat, 08 September 2017

Oleh Lismanto, SHI
Penulis Buku Hukum Islam Progresif (2014)

Sejarah lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) ini saya tulis saat diminta salah satu organanisasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Walisongo. Dalam tulisan singkat ini, saya juga membuat semacam "roadmap" sejarah Ahlussunnah wal Jamaah agar mudah dipahami dan dimengerti terkait dengan sejarah Ahlussunnah wal Jamaah dari masa ke masa hingga masuk ke Indonesia. Berawal dari sini, saya menciptakan gagasan dan formula istilah periodesasi sejarah Ahlussunnah wal Jamaah dengan bahasa dan pemahaman saya sendiri. Tujuannya tak lain agar mudah dimengerti.

Sebetulnya, saya ingin judul artikel kolom ini dengan Roadmap Sejarah Ahlussunnah wal Jamaah. Namun, pemimpin redaksi Islam Cendekia lebih menyukai judul sejarah lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (aswaja) agar mudah dicari di penelusuran situs pencari.

Sejarah Lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja)
Ilustrasi NU sebagai organisasi Islam berbasis Aswaja di Indonesia

Membincang soal Ahlussunnah wal Jama'ah (selanjutnya disebut Aswaja), kita tidak bisa lepas dari sejarah panjang di mana sejarah ini akan membentuk sebuah peta kesejarahan Aswaja apabila dilihat dari berbagai perspektif. Untuk itu, saya perlu membuat sebuah roadmap sejarah Aswaja agar labirin Aswaja dari zaman ke zaman mudah dibongkar dan disuguhkan dalam sebuah teks yang mudah dipahami bersama. Sebelum membahas soal peta kesejarahan Aswaja, lebih baiknya kita mengerti pengertian Aswaja secara tekstual-harfiah-skriptural.

Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) adalah Ahlussunnah berarti ahli sunnah atau pengikut ajaran sunnah Nabi Muhammad. Sementara itu, Jama’ah yang dimaksud merujuk pada jama’ahnya Nabi Muhammad yang tak lain adalah para sahabat dan generasi selanjutnya seperti tabi’in, tabi’ut tabi’in, termasuk imam empat madzab (ada yang mengklasifikasikan sebagai tabi’in dan ada juga yang mengklasifikasikan sebagai tabi’ut tabi’in) atau salafush shalih, hingga generasi berikutnya yang punya ikatan madzab dengan generasi salafush shalih.

Setelah tahu arti atau makna Aswaja dalam perspektif bahasa, sekarang coba kita bedah historisitas Aswaja dari zaman ke zaman untuk mengetahui titik terang bagaimana sebetulnya Aswaja terbentuk hingga menjadi salah satu madzab yang menjadi rebutan para kelompok Islam di dunia. Banyak organisasi Islam bermunculan yang kemudian masing-masing mengklaim bahwa merekalah penganut Aswaja.

Saya garis besar saya akan membagi historisitas Aswaja ke dalam tiga fase besar. Pertama, fase teologis. Kedua, fase sosial-politik. Ketiga, fase madzab. Fase madzab juga berarti fase aliran atau ideologi. Ini hanya ijtihad dan formula ilmiah kesejarahan yang saya buat secara pribadi, tidak merujuk dari buku atau kitab mana pun sehingga Anda boleh setuju atau tidak. Yang jelas, klasifikasi fase Aswaja ini saya buat untuk memudahkan pemahaman terhadap roadmap sejarah Aswaja.

Aswaja pada fase teologi dibagi lagi ke dalam dua fase, yaitu fase teologi substantif dan fase teologi formal. Pada fase teologi substantif, Aswaja muncul sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari. Ini fase awal di mana umat manusia diminta untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad yang kemudian dikenal dengan Islam. Setelah sahabat banyak bermunculan mengikuti Nabi, umat manusia juga diminta untuk mengikuti ajaran sahabat yang terlebih dahulu diajarkan oleh Nabi.

Pada fase teologi substantif ini, kalimat Aswaja sama sekali tidak muncul, tetapi secara substantif umat manusia diajak untuk mengikuti ajaran Muhammad dan para sahabat, sehingga meski tidak secara formal muncul kalimat “ahlussunnah wal jama’ah”, tetapi umat manusia sudah diminta untuk mengikuti ajaran Nabi dan sahabatnya yang secara substantif berarti “ahlussunnah wal jama’ah”. Pada fase ini, orang-orang yang menyatakan masuk Islam secara otomatis adalah pengikut Aswaja. Oleh karena itu, saya lebih suka menamai fase ini dengan fase teologi substantif.

Selanjutnya adalah fase teologi formal. Fase ini berlangsung saat Nabi Muhammad menjelang wafat dan memberikan wejangan kepada umatnya bahwa umat Islam kelak akan terbagi ke dalam 73 golongan. Dan, semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan, yakni golongan yang mengikuti Nabi Muhammad dan sahabat. Hadis ini yang kemudian oleh warga Nahdliyin digunakan sebagai hujjah terkait dengan madzab Aswaja. Bunyi hadisnya adalah “Ma'ana Alaihi Wa Ashabihi” di mana artinya harfiahnya adalah “Sebagaimana keadaanku sekarang dan sahabatku.”

Kenapa saya namankan fase teologi formal? Sebab, Nabi sudah mengumumkan Aswaja sebagai aliran Islam yang akan selamat secara formal-resmi kepada umatnya. Meskipun demikian, kata “ahlussunnah wal jama’ah” sama sekali tidak disinggung dalam peristiwa ini, sehingga hanya sebagai basis ajaran atau teologi saja. Dengan alasan ini, saya lebih suka menamakan peristiwa ini sebagai fase teologi formal dalam lintasan historisitas Aswaja.

Selanjutnya, kita coba bahas sejarah Aswaja pada fase sosial-politik. Peristiwa ini muncul pada masa sesudah Nabi Muhammad wafat hingga dalam periode tertentu muncul ulama besar bernama Abu Hasan Al Asy’ari (260H - 324H, 64 tahun), tokoh Muktazilah yang kemudian keluar dan mendirikan madzab baru dengan semangat “ma’ana alaihi wa ashabihi”. Pengikut madzab ini kemudian dinamakan Asya’ariyah. Seiring populernya ajaran ini, Asy’ariyah dijadikan mazhab resmi oleh Dinasti Gaznawi di India pada abad 11-12 Masehi, sehingga pemahaman ini mudah menyebar ke berbagai wilayah, termasuk India, Pakistan, Afghanistan, sampai ke Indonesia.

Selain Abu Hasan Al Asy’ari, ada juga tokoh yang mendukung semangat “ma’ana alaihi wa ashabihi”, yaitu Abu Mansur Al Maturidi yang kemudian pengikutnya dikenal dengan Al Maturidiyah. Dua tokoh ini kemudian secara formal dikenal sebagai ulama besar yang memelopori munculnya kembali semangat ajaran Islam berwawasan ahlussunnah wal jama’ah di tengah derasnya arus Islam berwawasan Jabariyah, Qodariyah, dan Mu’tazilah yang banyak membingungkan umat Muslim.

Kita kembali kepada sejarah setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga munculnya aliran formal Ahlussunnah wal Jama’ah yang digagas dan dipopulerkan kembali oleh Al Asy’ari dan Al Maturidi. Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, kepala negara atau pemimpin dari negara Islam yang dibuat oleh Nabi Muhammad adalah Abu Bakar Ash Shidiq. Abu Bakar dipilih sebagai pemimpin melalui sebuah musyawarah yang demokratis. Nabi Muhammad sema sekali tidak menunjuk pemimpin yang akan menggantikannya, sehingga pada akhirnya para sahabat menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin. Selanjutnya, pasca-Abu Bakar wafat, kepemimpinan digantikan oleh Umar Bin Khattab yang dikenal dengan beberapa ijtihadnya yang melampaui ajaran tekstual Nabi.

Pasca-Umar Bin Khattab wafat, kepemimpinannya diganti diganti oleh Ustman Bin Affan melalui sebuah pemilihan juga. Inilah dasar-dasar demokrasi praktis yang sudah dijalani pada masa khalifah Islam. Inilah kepiawaian Nabi Muhammad bahwa menjelang ia wafat sekalipun, Nabi tidak menunjuk pemimpin sehingga melahirkan sebuah sistem demokrasi praktis yang sehat pada masa awal-awal negera Islam pasca-Nabi Muhammad wafat.

Sejak Utsman Bin Affan wafat karena dibunuh pemberontak, kemelut muncul yang akhirnya perang antar-mukmin terjadi, yaitu perang antara kubu Ali dan Muawiyah. Peperangan secara militer dimenangkan oleh Ali Bin Abi Thalib, tetapi kemenangan secara diplomatis dimenangkan oleh Muawiyah yang akhirnya membawa Muawiyah sebagai khalifah. Peristiwa ini lahir istilah populer yang dikenal dengan tahkim, yaitu kelompok Muawiyah mengibarkan bendera putih dengan Al Quran berada di ujung tombok sebagai tawaran damai.

Berawal dari sini, muncul kelompok Islam baru yang menolak adanya tahkim dikenal dengan Khawarij. Kata khawarij diambil dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Dari sini, golongan Islam sudah pecah menjadi tiga, yaitu Syiah (kelompok pendukung Ali, dari awal, tahkim, hingga akhir hayat Ali), Khawarij (pendukung Ali yang kemudian keluar pasca-peristiwa tahkim. Khawarij adalah golongan yang tidak membela Ali maupun Muawiyah karena berpendapat bahwa keduanya tidak menggunakan hukum Allah atau Al Quran), dan pendukung Muawiyah.

Jadi, tiga golongan Islam pada awalnya (terjadi sekitar tahun 40H) yang muncul adalah tiga: Syiah-Ali, Khawarij, dan Muawiyah. Saat perundingan tahkim terjadi, Ali mengutus Abu Musa Al Asy’ari  yang berlatar tokoh agama, sementara Muawiyah mengutus Amru bin Ash yang berlatar tokoh politik.

Selanjutnya, untuk menguatkan kekuasaan Muawiyah dengan dalil agama, Muawiyah membuat aliran atau golongan Islam bernama Jabariyah yang mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia adalah kehendak Allah. Sehingga, apa yang kita lakukan sudah menjadi takdir Allah. Aliran Jabariyah juga didukung sejumlah ulama yang dekat dengan Muawiyah. Dunia politik juga berlaku pada zaman ini. Boleh jadi, ulama yang mendukung dan menyebarkan ajaran Jabariyah untuk dekat dengan kekuasaan saja. Ini hanya spekulasi politik saja. Hal ini bisa dijumpai pada ulama sekarang ini yang mendukung tokoh politik tertentu dalam Pemilu.

Saat ajaran Jabariyah menyebar, tidak semua ikut aliran ini. Aliran Jabariyah digunakan untuk melegimitasi atas kekuasaan Muawiyah dari tangan Ali, karena peperangan dan kemenangan Muawiyah semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah. Dari sini, aliran Islam sudah empat, yaitu Syiah, Khawarij, Muawiyah, dan Jabariyah (kelanjutan dari Muawiyah). Semua pengikut Muawiyah bisa dikatakan setuju dan ikut aliran Jabariyah. Salah satu dalil dalam Al Quran yang digunakan Jabariyah adalah “Wamaa ramaita idzromaita walaaa kinnalllaaha ramaa”

وما رميت إذ رميت ولكن الله رمى
Artinya: “Tidaklah engkau memanah, pada saat memanah, akan tetapi Allah lah yang memanah.”

Merebaknya ajaran Jabariyah membuat situasi semakin rumit, banyak orang-orang yang malas bekerja karena yakin bahwa apa yang ia lakukan adalah kehendak Allah. Pun, pengemis banyak bermunculan akibat doktrin aliran Jabariyah ini dan perekonomian mulai goyah. Banyak orang yang sekadar beribadah ritual, tetapi tidak berusaha dan bekerja karena yakin bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah. Aliran ini dalam istilah modern dikenal dengan “fatalism”. Padahal, aliran Jabariyah secara politis digunakan Muawiyah untuk melegitimasi caranya mengalahkan Ali melalui tahkim atau arbitrase, bukan muncul secara “murni” sebagai ajaran untuk kemaslahatan umat.

Respons atas kemelut ini, cucu Ali Bin Abi Thalib yang bernama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib membuat aliran baru yang kemudian dikenal dengan Qodariyah. Aliran Qodariyah mengajarkan kepada umat Muslim bahwa manusia memiliki kehendak dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Dalam hal ini, Allah tidak memiliki ikut campur dalam setiap kehendak manusia. Dalil Al Quran yang populer untuk melegitimasi aliran ini adalah QS Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Aliran Qodariyah muncul sebagai doktrin untuk melawan dan melakukan kritik terhadap aliran Jabariyah yang kian meresahkan umat. Pencuri pun akan mengaku bahwa apa yang dia lakukan adalah kehendak Allah. Dari sini aliran Jabariyah mulai luntur seiring runtuhnya kekhalifahan Muawiyah (Umayah) yang diganti dengan kekhalifahan Dinasti Abassiyah. Pada pemerintahan Dinasti Abassiyah ini, doktrin Qodariyah menjadi aliran paling populer hingga menjadi pondasi dan semangat untuk melakukan pembangunan negara. Tak ayal, paham Qodariyah paling tidak membantu Dinasti Abassiyah untuk melakukan reformasi besar-besaran dan menjadi negara maju dalam berbagai aspek, seperti ilmu pengetahuan.

Seiring populernya aliran Qodariyah, paham ini kemudian mengalami metamorfosa menjadi aliran Mu’tazilah yang serba menggunakan logika dalam setiap ijtihadnya. Bahkan, keturunan Abas selanjutnya menjadikan ajaran Mu’tazilah sebagai aliran resmi negara di mana setiap warga wajib menggunakan doktrin Mu’tazilah sebagai aliran pemikiran (manhajul fikr) umatnya. Beberapa peristiwa sampai pada pembunuhan terhadap setiap warganya yang tidak menggunakan aliran mu’tazilah.

Berawal dari sini, seorang ulama besar pada masanya yang mulanya pengikut Mu’tazilah dan mengatakan keluar untuk mendirikan madzab atau aliran baru dengan semangat “maa anna alaihi wa ashabihi.” Ulama tersebut bernama Abu Hasan Al Asy’ari. Al Asy’ari menyatakan netral, bukan menjadi bagian dari Jabariyah atau Qodariyah atau Mu’tazilah, tetapi ia ingin membangun kembali semangat ajaran yang dipesan Nabi Muhammad untuk mengikuti sunnah dan para sahabatnya.

Oleh Al Asy’ari, paham tersebut ia sebut sebagai Ahlussunah wal Jama’ah. Dari sini, sudah bisa dimengerti bahwa Jabariyah adalah aliran fatalism yang menganut kepada takdir. Sementara, Qodariyah adalah bertolak belakang dengan Jabariyah, yaitu manusia punya kehendak dan berlanjut dengan aliran Mu’tazilah di mana manusia punya kehendak sepenuhnya (free will) dan mengedepankan rasio atau akal sepenuhnya. Berbeda dengan ajaran Asy’ariyah yang menyatakan bahwa manusia punya kehendak, tetapi dalam porsi tertentu dibatasi oleh takdir Allah.

Dalam hal ini, ulama besar seperti Abu Mansur Al Maturidi juga mempelopori aliran bernama Al Maturidiyah yang juga dengan semangat “maa anna alaihi wa ashabihi”. Dua tokoh ini bisa dikatakan sebagai bapak Ahlussunah wal Jama’ah dalam bidang tauhid atau teologi. Sementara itu, ulama-ulama besar yang ijtihad fiqihnya mendasarkan pada Ahlussunah kemudian kita kenal dengan imam empat madzab, yakni Imam Hanafi, Imam Syafi’I, Imam Hambali, dan Imam Maliki.

Imam Hambali menjadi korban atas doktrin Mu’tazilah hingga imam Hambali dipenjara dan dihukum oleh dua khalifah berturut-turut (al Ma’mun dan al Mu’tasim) dalam pemerintahan Abbasiyah. Sementara itu, ulama Aswaja di bidang tasawuf yang dikenal pertama kali adalah Imam al Gazali dan Imam Abu Qasim Al-Junaidy. Inilah sejarah Aswaja pada fase sosial-politik.

Seiring berkembangnya ajaran Aswaja sebagai aliran pemikiran yang dirasa mampu mengakomodasi kepentingan ibadah-rohaniyah umat Muslim, Islam Aswaja atau orang juga populer menyebutnya Sunni berkembang pesat hingga ke berbagai penjuru dunia di mana masing-masing kelompok Islam menggunakan ideologi Aswaja. Salah satu kelompok atau perkumpulan Islam yang menganut Aswaja sebagai ideologi dan metode berpikir (manhaj al-fikr). Fase ini kemudian disebut dengan fase ideologi. Pada fase ini, Aswaja menjadi ideologi yang secara formal menjadi visi, spirit dan manhaj al fikr bagi perkumpulan atau organisasi keislaman. Dalam fase ini pula, banyak organisasi yang kemudian saling klaim bahwa dirinya adalah organisasi Islam bermadzab Aswaja.

Hadirnya para penyebar agama Islam di Nusantara seperti Walisongo memberikan warna bagi tumbuh suburnya aliran Aswaja di Indonesia. Walisongo menyebarkan Islam dengan cara damai, akomodatif, moderat, toleran dan berpegang pada mengambil maslahat dan menolak kemudaratan sebagai konsep yang dibawa oleh para ulama pendahulu yang mengusung Aswaja. Spekulasi saya, cara Walisongo dalam menyebarkan Islam di Nusantara juga berpedoman pada Aswaja.

Di Indonesia, tokoh yang digadang-gadang sebagai Bapak Aswaja Indonesia boleh jadi adalah KH Hasyim Asy’ari yang merupakan founding father pesantren Tebu Ireng, pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20 an. Kenapa saya katakan Bapak Aswaja? Sebab Hasyim Asy’ari lah yang merumuskan secara formal bagaimana organisasi Islam yang ia bentuk (Nahdlatul Ulama) harus menggunakan aliran Aswaja sebagai manhajul fikr.

Bersama dengan ulama penting lainnya, Hasyim Asy’ari membentuk organisasi Islam bernama Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 dengan Aswaja sebagai landasan dan manhajul fikr-nya. Begini kutipannya, “Adapoen maksoed perkoempoelan ini jaitoe : Memegang dengan tegoeh pada salah satoe dari mazhabnja Imam Empat, jaitoe Imam Moehammad bin Idris Asj Sjafi’i, Imam Malik bin Anas, Imam Aboe Hanifah an Noe’man atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerdjakan apa sadja jang mendjadikan kemaslahatan agama Islam.”

NU secara eksplisit menjelaskan bahwa tujuan awal dibentuknya NU adalah untuk mengembangkan ajaran-ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah dan melindunginya dari penyimpangan kaum pembaharu dan modernis. Aswaja juga menjadi landasan atas semua prilaku dan keputusan yang berlaku di NU. Bukan hanya landasan dalam kehidupan beragama, tetapi menjadi landasan moral di setiap kehidupan sosial-politik NU.

Bertolak dari sini, ada beberapa prinsip yang menjadi landasan dalam kehidupan kemasyarakatan NU (hasil dari ijtihad KH Akil Siraj) yaitu tawasuth (moderat, sikap tengah-tengah, sedang, tidak ekstrim kiri atau ekstrim kanan), tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli), dan Amar ma’ruf nahi munkar. Demikian sejarah lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang bisa dijadikan sebagai acuan dan referensi akademik, namun harus mencantumkan sumber dan nama penulis. []

Budaya Unik yang ada di Indonesia

10 Budaya Unik yang Hanya Ada di Indonesia Indonesia tak hanya besar, negeri indah ini juga sangat beragam dengan lebih dari 1300 etnis...